Senin, 26 Oktober 2009

Bona Ni Adat-adat Sianjur

Friday, July 25, 2008

Bona Ni Adat-adat Sianjur - Edisi Indonesia (1)
Postingan ini dan beberapa postingan selanjutnya adalah edisi Bahasa Indonesia dari Bona Ni Adat-Adat Sianjur yang telah dipublikasi di blog ini dalam 8 tahapan. Dengan harapan, agar para orang muda Batak yang berada di perantauan, yang tidak familiar dengan bahasa ibu-nya, juga dapat memahami warisan leluhur yang begitu berharga. Selain itu juga untuk mensosialisasikan pada "dunia" bahwa orang Batak itu juga punya etika yang tinggi, tidak seperti tuduhan banyak orang selama ini, bahwa orang Batak itu kasar dan barbar.Terjemahan ini bisa jadi tidak pas betul makna kata per katanya dengan yang dimaksud dalam Bahasa Batak, karena adanya kesenjangan kosa kata antara dua bahasa. Tapi mudah-mudahan teman-teman bisa menagkap maknanya.1. Bona ni adat na parjolo: Nada ajaran utte marduri, tubu utte tubu do duri na. Jangan ajari jeruk berduri, tumbuh jeruk tumbuhlah durinya.Ungkapan ini selalu diucapkan seseorang apabila ia mengusulkan sesuatu kepada Raja, yang berarti Rajalah yang lebih mengetahui, dan menguasai aturan-aturan yang berlaku. Namun ungkapan ini mempunyai nilai universal juga yaitu: janganlah menggurui orang didalam bidangnya, Sering juga kejadian seorang yang biasa hidup di kota, pergi ke desa, dan menggurui petani bercocok tanam dan biasanya mereka disambut dengan sinis.2. Asa bona ni adat na paduahon ima: Mata guru roha sisean.Mata dijadikan guru, dan suara hati nurani menjadi ikutan.Orang berpikir dan bersikap berdasarkan apa yang dilihat atau dialaminya. Dan sebelum mengambil keputusan tentunya akan mendengarkan suara hatinya. Memanfaatkan pengalaman dan suara hati adalah guru yang terbaik.3. Asa bona ni adat na patoluhon ima: Muda sikkam tukkona, laing sikkam do tunasna.Kalau singkam (nama sejenis pohon) tunggulnya, maka singkam pulalah tunasnya. Maksudnya sifat-sifat orangtua akan turun kepada anak-anaknya (genetik).4. Asa bona ni adat na pa opatna ima: Pattun hangoluan teas hamatean, tappal marsipagodangan, ulang sayat marsipaenehan.Norma yang harus diteladani jika seseorang mendambakan hidup rukun, damai dengan sesama dilingkungannya. Santun membawa berkat, dan sombong akan membawa malapetaka. Usahakan selalu berbuat baik, dan menyenangkan hati orang lain, dan jangan sekali -kali membuat sakit hati orang lain. Ajaran ini lebih maju dari ungkapan yang mengatakan: berbuat baik pada-padai, berbuat jahat jangan sekali. Bertingkah laku sopan, penyabar dan suka menolong sesama akan membawa ketentraman hidup, sementara jika berperilaku sombong, angkuh dan congkak akan mengundang anti-pati dan permusuhan yang pada akhirnya merugikan diri sendiri.


Sunday, July 27, 2008

Bona Ni Adat-adat Sianjur - Edisi Indonesia (2)
5. Asa bona ni adat na palimahon ima: Marruhut pangkuling, marpopat panalaho, todas parjuguk, ulang jomak-jomak so marburi.Jika bertutur supaya memakai bahasa yang baik dan sopan (lambok marlidung), jangan sekali-kali memakai bahasa Jampolak (bahasa kasar).Berperilaku sesuai aturan dan tata krama, sopan dan santun. Harus mengetahui apa yang disebut talaga dan juluan, sementara jika status boru supaya duduk di talaga jika ada acara sidang adat. Sebelum makan tangan dicuci, mengajarkan betapa pentingnya kebersihan6. Asa bona ni adat na pa onomhon ima: Tappakna do rantosna, rim ni tahi do ogona. Gulang-ulang siala sappagul, rap tu ginjang rap tu toru.Bersatu teguh, bercerai runtuh. Dengan bersatu tentu kesusa­han akan dapat diatasi secara bersama-sama. Tolong menolong dalam suka dan duka, bergotong royong mewarnai terwujudnya kepentingan bersama.7. On ma bona ni adat na pa pituhon ima: Satuptup satahi saluppat saindege, sapangambe sapanaili, sabile samalu.Pernyataan betapa pentingnya kesatuan dan persatuan. Dalam kelompok hendaknya sehati, sepikir jujur terhadap sesama, menyatu dalam suka dan duka, jika terjadi kemalangan terhadap seseorang ditanggung bersama, hidup rukun sesama anggota kelompok.8. On ma bona ni adat na pawaluhon ima: Takki do walang, si partahi na ulubalang, monang mangalo musu, talu mangalo dongan.Takki serupa dengan walang (sejenis pohon). Mendahulukan musyawarah, menegakkan hukum dan adat yang berlaku secara benar. Mengalah terhadap sesama jika ada masalah, sehingga kesatuan tetap terpelihara, dan tidak ada yang memisahkan diri, ataupun diasingkan dari kelompoknya (sipamedu), namun harus memenangkan perkara menghadapi orang luar di dalam menegakkan yang benar.

Wednesday, July 30, 2008

Bona Ni Adat-adat Sianjur - Edisi Indonesia (3)
9. Bona ni adat na pa siahon ima: Tungkap-tungkap tu jolo, torjak-torjak tu pudi, jul-jul tu ginjang. Gonan gasa pado maripuk.Ajaran dan anjuran agar tetap menegakkan adat yang telah diwariskan turun temurun (tigor do uhum i, basa do adat i), sehingga diharapkan memperoleh berkat, sejahtera dan berke­makmuran dari generasi ke generasi berikutnya.10. Asa bona ni adat na pa sappuluhon ima: Tola do marbada tai ulang diboan margotos. Asa sagodang-godang ni parbadaan ulang magotap panggantung parapian.Selisih paham dan beda pendapat boleh-boleh saja, namun tidak boleh mendendam (margotos). Bagaimanapun hebatnya perselisihan jangan sampai putus panggantung parapian (jangan sampai ada yang kehilangan nyawa atau meninggalkan cacat tubuh).11. Asa bona ni adat na pa sappulu sadahon ima: Rukrek parau manjalak tu rapotna, dibaen pe martakkangi manjalahi hasintongan na dibagasan hapattunon.Mengingatkan seseorang jikapun terjadi perselisihan dan beda pendapat, tujuannya ialah untuk mendapatkan kebenaran, dan perselisihan serta beda pendapat jangan sampai merusak sendi-sendi persaudaraan, tapi mestinya membawa tegaknya kebenaran untuk kebaikan.12. Bona ni adat na pa sappulu duahon ima: Pahulu simanggurak pahae sitippulon, muda sala dipandasoran sala ma dipambibiran.Mengajarkan kepada semua orang untuk saling menghargai. Jika ingin menerima sesuatu, semestinya lebih dahulu memberikan sesuatu kepada orang, jika ingin diperlakukan baik oleh orang tentunya harus lebih dahulu menanamkan kebaikan kepada sesa¬ma. Setiap pekerjaan atau tindakan, mestinya dipikirkan baik-baik, karena jika pada awalnya salah, pasti hasil akhir akan mengecewakan.


Baginda Habiaran Siregar
Pemerhati Kebudayaan Angkola Sipirok

http://bagindahabiaran.blogspot.com/

Minggu, 02 Agustus 2009

Pagi ini saya sangat terinspirasi oleh thema yang diangkat oleh Pdt.Imanuel Kristo di Radio RPK tentang: Persahabatan Sejati (diatas segala kepentingan).
- Seribu Sahabat itu masih kurang, tetapi 1 saja musuh itu sudah lebih.
- Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13)
- dst.

Ya, sama spt kebanyakan pemberi komentar atas acara interaktif tsb, saya juga turut merasa gundah akan krisis keberadaan Sahabat Sejati dalam kehidupan jaman sekarang ini.
Saya termasuk yang sangat mempedulikan makna dari Persahabatan Sejati karena melihat begitu banyak relasi dan persahabatan yang terbentuk di masa sekarang ini adalah semata-mata berlatar belakang kepentingan, sehingga itu semua menjadi topeng dan kepalsuan belaka.
Benarkah demikian? Ataukah ini hanya dugaan dan perasaan GR saya saja, dan justru menunjukkan ketidak mampuan saya membentuk relasi Persahabatan Sejati yang semestinya?
Wah, ini benar-benar menjadi cambuk bagi saya untuk introspeksi.

Baiklah, saya mau membuka diri, hati & pikiran saya, kehidupan saya, demi terwujudnya relasi Persahabatan Sejati bagi semua orang, siapa saja, bahkan mereka yg menganggap musuh saya, aku mau mengasihi, bahkan menyerahkan "nyawa", sebab Sang Sahabatku Yg Maha Sejati itu pun telah menyerahkan nyawaNya bagiku dan semua sahabatNya.

KASIH adalah landasan sejatinya Persahabatan Sejati. Puji Tuhan.

Rabu, 10 Juni 2009

Tua-tua Keladi: Salengrang

(Tulisan ini komentar pada blog Pak SOM yang tak sengaja baru saya temukan)
Horas, Pak SOM..!
Saat menulis komentar ini hati saya dipenuhi rasa takjub dan syukur, karena entah bagaimana tadi mulanya saya kok bisa sampai ke blog ini, akhirnya saya menyadari tentunya itu semata karunia dari Sang Pencipta.Pak SOM (maaf saya menyebut nama bpk begitu krn teringat dulu begitulah saya biasa akrab memanggil), yang sudah lama tak berjumpa tak kurang 10 tahun lalu.Yang menjadi rekan kerja saya semasa dulu bekerja di PT.Elnusa Ehaesindo antara tahun 1995 s/d 1999.Saya tak menyangka pak SOM yang sdh cukup sepuh (dalam artian positif) dengan latar belakang non-IT (memang saya tahu persis bhw dulu bpk menunjukkan minat yg sgt tinggi dibidang komputer), setelah 10 tahun kemudian malahan lebih aktif berkiprah di dunia kerja yang ditekuni, menerapkan komputer/IT dalam kegiatan sehari2nya, dan justru berkelana melancong melanglang buana ke negeri2 asing, wah ini namanya "tua-tua keladi" (dalam artian positif).Tidaklah seperti saya ini, walaupun berpendidikan Komputer, harus cukup puas dengan kondisi saya sekarang yang mungkin belum sesuai dengan harapan (namun demikian saya sungguh merasa bahagia dan sepenuhnya mengucap syukur), belum banyak berubah/meningkat dari yang dulu pak SOM tahu, rasanya saya terpuruk di PT.Medcom ini sdh 10tahun dengan jenis pekerjaan yang tak jauh berbeda.Puji Tuhan, figur pak SOM rasanya membuka hati saya untuk tetap semangat/optimis dan mensyukuri segala karuniaNya.
Salam,Vontius.S

Senin, 11 Mei 2009

Balasan (next): Perubahan Adat Batak. - sukubatak.com

Ba puang, angka na pargait do hape hamu sude. Gabe “mittop” iba mengkel-engkel. Dongan dilambung niba pe gabe heran…
Mauliate ma dihamu sude / Lae Siahaan, tarlumobi di Parjabu Lae Nainggolan. (Asa songon na kompak hita mar-Lae ma ate). Gabe las roha niba ala jumpang angka dongan “sapangkilalaan”.
On pe Lae, molo iba sebenarna “Ramba Naposo” do, tung pe nunga matua umur, “Na so tubuan lata” dope, dang lancar marhata batak, holan 50% do huboto marhata batak, huhilala.
Jadi songon on ma nian ninna roha, boi iba sahali-sahali berlatih marhata batak. Mudah2an ma on boi gabe sada langkah awal di ahu berusaha menjadi “Orang Batak” na “Sejati”. Maklum ma Lae, molo hata batakhu campur2 ate.
Sada “obsesi” di ahu, ala ahu sandiri pe mangkilala, songon 2 anggi ku sandiri pe, na magodang di Jakarta, dang diboto marhata batak, holan mangantusi do ipe hira paling adong 10% dope. Tarlobi pangantusion di ruhut ni adat/budaya mansai hurang do. Dang no so olo iba/nasida/hita mamparsiajari, mungkin ala na so adong do “Media”-na. Boha ma carana, rap ma hita memulai mengusahahon.
Jadi di hamu Lae Parjabu, dohot sude angka dongan, lanjuthon hamu ma situs on lam tu dengganna. Sada “Kebanggaan” do di ahu, na tubu sebagai “Orang Batak”. Pos do rohakku sude keturunan Batak segenerasihu pe merasa “Bangga” do, alai mengalami kendala alani terkikis kemajuan jaman. Dang na sala ni generasi i, kesadaran do na hurang. (tung pe na di Bona Pasogit, generasi ditoruni umur 40thn).
Boti ma jolo na solot diate-ate, gompang dipusu-pusu.

Horas.
V.Sihotang

Umpama / Umpasa di tumbagaholing.blogspot.com

(Andaikan saya bisa menuliskan ini dalam bahasa Batak alangkah baiknya)

Saya senang sekali menemukan dan membaca blog anda di http://tumbagaholing.blogspot.com/ dimana banyak terdapat contoh2 sastra Batak yaitu Umpama dan Umpasa.

Saya adalah salah satu generasi muda (37thn) dari keturunan suku Batak, yang tumbuh di Jakarta, kurang lancar berbahasa Batak dan kurang memahami adat/budaya Batak. Namun saya sangat peduli, bahkan "bangga" terlahir sebagai orang Batak, dan berkeinginan menjadi orang Batak "sejati".

Umpama/Umpasa adalah salah satu kerangka dari Adat/Budaya Batak, oleh karenanya jiwa saya terpanggil untuk dapat memahaminya secara utuh filosofi/falsafah dasarnya, bahkan menggunakan/menerapkannya dalam kehidupan sosial saya.

Oleh karenanya saya mengucapkan terimakasih, dan dukungan atas tulisan mengenai sastra Batak di Blog anda. Saya berharap dapat ditingkatkan terus menjadi lebih baik. Salah satu saran saya adalah agar penulisan contoh2 umpama/umpasa itu dilengkapi dengan arti harafiah/kamus dan arti filosofisnya, sehingga pembaca dapat memahami latar belakang dan pengertian yang tepat, (tidak hanya mengucapkan/membaca secara "enteng" saja) dan Umpama/Umpasa itu lebih melekat dalam hati
Menurut saya Umpama dan Umpasa itu memiliki pengertian/filosofi dasar yang sangat kuat dan mendalam, layaknya doa/harapan. Oleh karenanya jiwa saya terpanggil untuk dapat memahaminya, menerapkannya bahkan mengembangkannya untuk melestarikannya sebagai warisan nenek moyang yang sangat berharga.

Horas..!
V.Sihotang

Kamis, 07 Mei 2009

Pantun Rombeng - Umpama/Umpasa

Tulisan ini sebagai tanggapan atas tulisan di http://mysarimatondang.blogspot.com/

(Seandainya tanggapan ini bisa saya tuliskan dalam bahasa Batak alangkah baiknya).Saya sangat tertarik dengan tulisan "Sarimatondang" tentang Umpama/Umpasa ini.Saya pun sebagai orang Batak merasakan/menyadari bahwa Umpama/Umpasa itu merupakan salah satu kerangka pembentuk Adat/Budaya Batak.Belakangan ini rasanya saya sangat terpanggil/terpesona akan keindahan dan filosofi/falsafah Umpama/Umpasa tsb. Sehingga saya terobsesi untuk bagaimana dapat menguasai/memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sosial saya selaku keturunan suku Batak.Mohon doanya suatu saat saya berharap dapat turut mengupayakan kelestarian/pengembangan Umpama/Umpasa, Sastra/Bahasa, dan Adat/Budaya Batak umumnya.Salam kenal.Horas..!V.Sihotang

Balasan atas Tanggapan : Perubahan Adat Batak. - sukubatak.com

Horas ma di hamu "Parjabu"
Mauliate di hatop ni respons muna.
Ai aha do tahe marga muna asa binoto partuturan (dang marsibotoan boi ma jolo hita mar-Lae).
Molo boi saran, bahen hamu ma sada area/menu di situs on khusus/fokus mengenai adat/budaya Batak (Angka Ulaon, Ulos, Tata cara, tradisi, Umpama/Umpasa, Bahasa / Marhata, dst) boi ma i hira menyadur sian angka buku/pustaka manang sian masukan/contoh na lain pe.
Tujuan na asa boi gabe pedoman manang dokumentasi di hita na hurang pangantusion di ruhut ni adat Batak.Istilah na boi ma i gabe songon "Buku Pintar Adat/Budaya Batak".
Di hamu "Parulian Siahaan", mauliate ma Lae tanggapan muna.Denggan do na didok muna i, ahu pe setuju, asa dibahen dokumentasi, tarlumobi secara lengkap/utuh songon sada "Media" di hita angka "Ramba Naposo" tarlobi na di pangarantoan, laho mamparsiajari sekaligus mamangke (dang holan manjaha/mangantusi).Boha cara na, rap ma hita mangusahahon.
Boti ma jolo, mauliate.
Horas..!V.Sihotang

Selasa, 05 Mei 2009

PERUBAHAN ADAT BATAK?

Tulisanku ini menanggapi Tulisan yang saya baca di situs sukubatak.com mengenai "Perubahan / Modernisasi Adat Batak.

(Andaikata saya bisa menanggapi tulisan anda dengan bahasa Batak alangkah baiknya).
"Perubahan", YA. (Tapi dalam tanda kutip ya). Artinya, perubahan itu mungkin lebih tepat disebut "Penyesuaian", itupun tentunya tetap dalam batasannya.
Intinya menurut saya adalah "Pelestarian". Perubahan/Penyesuaian yg tanpa batas sehingga merombak dan merubah menjadi yg baru/lain, tentunya itu bukan disebut lestari. Seperti filosofi: "TUNGKOT SIALAGUNDI, sinuan na parjolo, paunehon na parpudi". Saya tak pandai melafalkannya secara benar/lengkap tapi jiwa saya terpanggil memahaminya sebagai filosofi/falsafah dasar adat/budaya warisan nenek moyang kita orang suku Batak.
Walaupun jaman ini sudah era internet dan perang bintang/satelit, tetapi janganlah kita congkak utk menggampangkan bahkan meremehkan segala sesuatu terutama adat/budaya. Disinilah akan nampak kedewasaan sosial kita sebagai manusia yg beradat/budaya dalam menyikapi jaman/kehidupan ini. Saya sangat berharap orang-orang Batak muda jaman sekarang seperti saya ini dapat melestarikan adat/budaya Batak dengan pemahaman yang mendalam terutama pada dasar filosofi/falsafahnya.
Bahasa Batak itu seharusnya menjadi keharusan, jangan justru dijadikan kewajaran bila generasi batak sekarang ini jarang yang bisa berbahasa batak, justru kita mestinya prihatin dan berusaha memperbaiki dan mengupayakannya.
Umpama/Umpasa Batak, tak kalah penting dengan bahasa dan tradisi Batak lainnya, harus kita hargai dan lestarikan, menurut saya itu bagian yang sangat indah dan menjadi kerangka yang sangat diperlukan dalam membentuk budaya Batak. Jangan dirubah / apalagi dihilangkan atau dianggap tidak perlu, tetapi mestinya dilestarikan dengan mengembangkan atau memperbaikinya.
Ulos / pakaian adat, semua tradisi, segala ulaon, selengkapnya adat/budaya Batak, jangan malah dijadikan "momok", seakan merupakan simbol menunjukkan keterbelakangan, norak/kampungan, dsb, bahkan menabrakkannya dengan urusan agama, menurut saya justru itulah sesungguhnya yang menunjukkan norak/kampungannya keterbelakangan pemikiran mereka. Sok merasa trend/maju terbawa arus jaman padahal tak tahu/kenal dirinya sendiri, aneh kan...?
Adat/Budaya itu, menurut saya adalah terbentuk dari pola hidup sekaligus pola pikir dari orang-orang suku Batak sejak awal mulanya hingga sekarang ini. Nah, bagaimana kita generasi sekarang ini menerapkannya sesuai dengan jaman/keberadaan kita sekarang ini tentunya menjadi hak/tanggung jawab kita, itulah yang akan menjadi adat/budaya selanjutnya yang akan kita wariskan kepada anak/cucu kita kelak. Tentunya bagi mereka yang hidup di kota besar akan beda "warna" dengan yang tinggal di kota kecil, bahkan dengan di Bona Pasogit. Jadi yang saya tekankan hanya kata dalam tanda kutip "WARNA" saja, bisa berbeda-beda, dipersempit atau diperluas, dst, tetapi hendaknya filosofi/falsafah dasarnya tentu tetap dilestarikan dan dikembangkan sesuai kemajuan pola hidup/pikir kita sekarang ini.
Yang sangat memprihatinkan saya adalah begitu banyaknya keturunan suku Batak tetapi tidak lagi (bahkan samasekali tidak) mengenal adat/budaya sebagai pola hidup/pikir. Saya menjadi merasa sangat asing dengan mereka sekalipun darah mereka masih suku Batak sama dengan saya. Bahkan menunjukkan marganya pun mereka enggan/malas, ada apa gerangan...?
Saya pernah mendengar anggapan (mungkin ada benarnya) bahwa pada suku china/tionghoa bisa kita lihat sebagai ontohnya bahwa keturunan china/tionghoa hampir tidak ada yang tidak bisa berbahasa china/tionghoa minimal dalam keluarganya sekalipun mereka berada diluar negeri China/Tionghoa dimana pun mereka berada/merantau. Apakah itu merupakan keterbelakangan? Atau sebaliknya yang patut dicontoh?
Mengapa kita melupakannya bahwa adat/budaya Batak itu sesungguhnya adalah kekayaan dalam kehidupan sosial kita, itu barangkali karena kita silau dengan gemerlap jaman sekarang ini yang banjir dengan kemajuan teknologi mutakhir.
Ini menjadi tanggung jawab kita semua selaku anak/cucu generasi suku Batak, kalo bukan kita lantas siapa lagi?? Dan yang lebih memprihatinkan saya adalah ketika mengingat "generasi saya ini saja pun sudah parah begini, bagaimana pula nantinya anak-cucu saya...?"
Apakah doa/harapan saja cukup... Ayo kita bertindak....

Horas...!
V.Sihotang