Senin, 11 Mei 2009

Balasan (next): Perubahan Adat Batak. - sukubatak.com

Ba puang, angka na pargait do hape hamu sude. Gabe “mittop” iba mengkel-engkel. Dongan dilambung niba pe gabe heran…
Mauliate ma dihamu sude / Lae Siahaan, tarlumobi di Parjabu Lae Nainggolan. (Asa songon na kompak hita mar-Lae ma ate). Gabe las roha niba ala jumpang angka dongan “sapangkilalaan”.
On pe Lae, molo iba sebenarna “Ramba Naposo” do, tung pe nunga matua umur, “Na so tubuan lata” dope, dang lancar marhata batak, holan 50% do huboto marhata batak, huhilala.
Jadi songon on ma nian ninna roha, boi iba sahali-sahali berlatih marhata batak. Mudah2an ma on boi gabe sada langkah awal di ahu berusaha menjadi “Orang Batak” na “Sejati”. Maklum ma Lae, molo hata batakhu campur2 ate.
Sada “obsesi” di ahu, ala ahu sandiri pe mangkilala, songon 2 anggi ku sandiri pe, na magodang di Jakarta, dang diboto marhata batak, holan mangantusi do ipe hira paling adong 10% dope. Tarlobi pangantusion di ruhut ni adat/budaya mansai hurang do. Dang no so olo iba/nasida/hita mamparsiajari, mungkin ala na so adong do “Media”-na. Boha ma carana, rap ma hita memulai mengusahahon.
Jadi di hamu Lae Parjabu, dohot sude angka dongan, lanjuthon hamu ma situs on lam tu dengganna. Sada “Kebanggaan” do di ahu, na tubu sebagai “Orang Batak”. Pos do rohakku sude keturunan Batak segenerasihu pe merasa “Bangga” do, alai mengalami kendala alani terkikis kemajuan jaman. Dang na sala ni generasi i, kesadaran do na hurang. (tung pe na di Bona Pasogit, generasi ditoruni umur 40thn).
Boti ma jolo na solot diate-ate, gompang dipusu-pusu.

Horas.
V.Sihotang

Umpama / Umpasa di tumbagaholing.blogspot.com

(Andaikan saya bisa menuliskan ini dalam bahasa Batak alangkah baiknya)

Saya senang sekali menemukan dan membaca blog anda di http://tumbagaholing.blogspot.com/ dimana banyak terdapat contoh2 sastra Batak yaitu Umpama dan Umpasa.

Saya adalah salah satu generasi muda (37thn) dari keturunan suku Batak, yang tumbuh di Jakarta, kurang lancar berbahasa Batak dan kurang memahami adat/budaya Batak. Namun saya sangat peduli, bahkan "bangga" terlahir sebagai orang Batak, dan berkeinginan menjadi orang Batak "sejati".

Umpama/Umpasa adalah salah satu kerangka dari Adat/Budaya Batak, oleh karenanya jiwa saya terpanggil untuk dapat memahaminya secara utuh filosofi/falsafah dasarnya, bahkan menggunakan/menerapkannya dalam kehidupan sosial saya.

Oleh karenanya saya mengucapkan terimakasih, dan dukungan atas tulisan mengenai sastra Batak di Blog anda. Saya berharap dapat ditingkatkan terus menjadi lebih baik. Salah satu saran saya adalah agar penulisan contoh2 umpama/umpasa itu dilengkapi dengan arti harafiah/kamus dan arti filosofisnya, sehingga pembaca dapat memahami latar belakang dan pengertian yang tepat, (tidak hanya mengucapkan/membaca secara "enteng" saja) dan Umpama/Umpasa itu lebih melekat dalam hati
Menurut saya Umpama dan Umpasa itu memiliki pengertian/filosofi dasar yang sangat kuat dan mendalam, layaknya doa/harapan. Oleh karenanya jiwa saya terpanggil untuk dapat memahaminya, menerapkannya bahkan mengembangkannya untuk melestarikannya sebagai warisan nenek moyang yang sangat berharga.

Horas..!
V.Sihotang

Kamis, 07 Mei 2009

Pantun Rombeng - Umpama/Umpasa

Tulisan ini sebagai tanggapan atas tulisan di http://mysarimatondang.blogspot.com/

(Seandainya tanggapan ini bisa saya tuliskan dalam bahasa Batak alangkah baiknya).Saya sangat tertarik dengan tulisan "Sarimatondang" tentang Umpama/Umpasa ini.Saya pun sebagai orang Batak merasakan/menyadari bahwa Umpama/Umpasa itu merupakan salah satu kerangka pembentuk Adat/Budaya Batak.Belakangan ini rasanya saya sangat terpanggil/terpesona akan keindahan dan filosofi/falsafah Umpama/Umpasa tsb. Sehingga saya terobsesi untuk bagaimana dapat menguasai/memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sosial saya selaku keturunan suku Batak.Mohon doanya suatu saat saya berharap dapat turut mengupayakan kelestarian/pengembangan Umpama/Umpasa, Sastra/Bahasa, dan Adat/Budaya Batak umumnya.Salam kenal.Horas..!V.Sihotang

Balasan atas Tanggapan : Perubahan Adat Batak. - sukubatak.com

Horas ma di hamu "Parjabu"
Mauliate di hatop ni respons muna.
Ai aha do tahe marga muna asa binoto partuturan (dang marsibotoan boi ma jolo hita mar-Lae).
Molo boi saran, bahen hamu ma sada area/menu di situs on khusus/fokus mengenai adat/budaya Batak (Angka Ulaon, Ulos, Tata cara, tradisi, Umpama/Umpasa, Bahasa / Marhata, dst) boi ma i hira menyadur sian angka buku/pustaka manang sian masukan/contoh na lain pe.
Tujuan na asa boi gabe pedoman manang dokumentasi di hita na hurang pangantusion di ruhut ni adat Batak.Istilah na boi ma i gabe songon "Buku Pintar Adat/Budaya Batak".
Di hamu "Parulian Siahaan", mauliate ma Lae tanggapan muna.Denggan do na didok muna i, ahu pe setuju, asa dibahen dokumentasi, tarlumobi secara lengkap/utuh songon sada "Media" di hita angka "Ramba Naposo" tarlobi na di pangarantoan, laho mamparsiajari sekaligus mamangke (dang holan manjaha/mangantusi).Boha cara na, rap ma hita mangusahahon.
Boti ma jolo, mauliate.
Horas..!V.Sihotang

Selasa, 05 Mei 2009

PERUBAHAN ADAT BATAK?

Tulisanku ini menanggapi Tulisan yang saya baca di situs sukubatak.com mengenai "Perubahan / Modernisasi Adat Batak.

(Andaikata saya bisa menanggapi tulisan anda dengan bahasa Batak alangkah baiknya).
"Perubahan", YA. (Tapi dalam tanda kutip ya). Artinya, perubahan itu mungkin lebih tepat disebut "Penyesuaian", itupun tentunya tetap dalam batasannya.
Intinya menurut saya adalah "Pelestarian". Perubahan/Penyesuaian yg tanpa batas sehingga merombak dan merubah menjadi yg baru/lain, tentunya itu bukan disebut lestari. Seperti filosofi: "TUNGKOT SIALAGUNDI, sinuan na parjolo, paunehon na parpudi". Saya tak pandai melafalkannya secara benar/lengkap tapi jiwa saya terpanggil memahaminya sebagai filosofi/falsafah dasar adat/budaya warisan nenek moyang kita orang suku Batak.
Walaupun jaman ini sudah era internet dan perang bintang/satelit, tetapi janganlah kita congkak utk menggampangkan bahkan meremehkan segala sesuatu terutama adat/budaya. Disinilah akan nampak kedewasaan sosial kita sebagai manusia yg beradat/budaya dalam menyikapi jaman/kehidupan ini. Saya sangat berharap orang-orang Batak muda jaman sekarang seperti saya ini dapat melestarikan adat/budaya Batak dengan pemahaman yang mendalam terutama pada dasar filosofi/falsafahnya.
Bahasa Batak itu seharusnya menjadi keharusan, jangan justru dijadikan kewajaran bila generasi batak sekarang ini jarang yang bisa berbahasa batak, justru kita mestinya prihatin dan berusaha memperbaiki dan mengupayakannya.
Umpama/Umpasa Batak, tak kalah penting dengan bahasa dan tradisi Batak lainnya, harus kita hargai dan lestarikan, menurut saya itu bagian yang sangat indah dan menjadi kerangka yang sangat diperlukan dalam membentuk budaya Batak. Jangan dirubah / apalagi dihilangkan atau dianggap tidak perlu, tetapi mestinya dilestarikan dengan mengembangkan atau memperbaikinya.
Ulos / pakaian adat, semua tradisi, segala ulaon, selengkapnya adat/budaya Batak, jangan malah dijadikan "momok", seakan merupakan simbol menunjukkan keterbelakangan, norak/kampungan, dsb, bahkan menabrakkannya dengan urusan agama, menurut saya justru itulah sesungguhnya yang menunjukkan norak/kampungannya keterbelakangan pemikiran mereka. Sok merasa trend/maju terbawa arus jaman padahal tak tahu/kenal dirinya sendiri, aneh kan...?
Adat/Budaya itu, menurut saya adalah terbentuk dari pola hidup sekaligus pola pikir dari orang-orang suku Batak sejak awal mulanya hingga sekarang ini. Nah, bagaimana kita generasi sekarang ini menerapkannya sesuai dengan jaman/keberadaan kita sekarang ini tentunya menjadi hak/tanggung jawab kita, itulah yang akan menjadi adat/budaya selanjutnya yang akan kita wariskan kepada anak/cucu kita kelak. Tentunya bagi mereka yang hidup di kota besar akan beda "warna" dengan yang tinggal di kota kecil, bahkan dengan di Bona Pasogit. Jadi yang saya tekankan hanya kata dalam tanda kutip "WARNA" saja, bisa berbeda-beda, dipersempit atau diperluas, dst, tetapi hendaknya filosofi/falsafah dasarnya tentu tetap dilestarikan dan dikembangkan sesuai kemajuan pola hidup/pikir kita sekarang ini.
Yang sangat memprihatinkan saya adalah begitu banyaknya keturunan suku Batak tetapi tidak lagi (bahkan samasekali tidak) mengenal adat/budaya sebagai pola hidup/pikir. Saya menjadi merasa sangat asing dengan mereka sekalipun darah mereka masih suku Batak sama dengan saya. Bahkan menunjukkan marganya pun mereka enggan/malas, ada apa gerangan...?
Saya pernah mendengar anggapan (mungkin ada benarnya) bahwa pada suku china/tionghoa bisa kita lihat sebagai ontohnya bahwa keturunan china/tionghoa hampir tidak ada yang tidak bisa berbahasa china/tionghoa minimal dalam keluarganya sekalipun mereka berada diluar negeri China/Tionghoa dimana pun mereka berada/merantau. Apakah itu merupakan keterbelakangan? Atau sebaliknya yang patut dicontoh?
Mengapa kita melupakannya bahwa adat/budaya Batak itu sesungguhnya adalah kekayaan dalam kehidupan sosial kita, itu barangkali karena kita silau dengan gemerlap jaman sekarang ini yang banjir dengan kemajuan teknologi mutakhir.
Ini menjadi tanggung jawab kita semua selaku anak/cucu generasi suku Batak, kalo bukan kita lantas siapa lagi?? Dan yang lebih memprihatinkan saya adalah ketika mengingat "generasi saya ini saja pun sudah parah begini, bagaimana pula nantinya anak-cucu saya...?"
Apakah doa/harapan saja cukup... Ayo kita bertindak....

Horas...!
V.Sihotang